Pernahkah kamu mengikuti sebuah lomba dan kamu yakin bahwa
kamu pasti juara, dan ternyata keyakinan itu terjadi?
“Iya, saya pernah.”
---
Assalamu’alaikum
warokhmatullahi wabarokatuh.
Alhamdulillah kita masih dikasih nikmat beribadah di bulan
ramadhan nih gaes. Bulan istimewa yang memanjakan kita. Gimana enggak? Fadilah disetiap
sholat tarawih yang subhanallah menakjubkan, suasana malam yang ramai dengan
tadarusan, ngabuburit yang hanya ada di bulan ramadhan. Saking dimanjanya nih,
tidur kita saja ibadah. Eittssss tapi jangan tidur mulu, nggak mau rugi kan?
*muehehe*.
Nah, dimulai dari curhat (lagi dan lagi? iyess). Kalian
sering nggak ketemu sama orang yang sukanya bilang,
“Ah... susah nih.”
“Bisa nggak ya?”
“Aku nggak bisa nih, kamu aja yang kerjain.”
Sering kan? Nggak munafik, aku juga termasuk orang macam itu,
tapi zaman dulu sih, zaman di mana seorang Kenun ketika diberikan tugas mindsetnya
menafsirkan itu adalah beban. *hadeeh*
Yaps... Jadi ketika dihadapkan pada masalah atau tugas negara
(tugas kehidupan-red) dan kita berpikir itu adalah beban, yang terjadi adalah
mengeluh duluan. Padahal kita belum tahu berat atau enggaknya tugas itu sebelum
kita melakukannya.
Sama halnya dengan aku SMP dulu, tepat kelas 3 aku ditunjuk
walas buat lomba pidato mewakili kelas. Awalnya ragu sih, tapi yakin walas
nggak bakal asal nunjuk kalau emang akunya nggak mampu *ceileeee, sa ae rang
pede mah*. Meskipun aku berharapnya ditunjuk wakilin kelas buat lomba cerdas
cermat *ngakak*, tapi beneran aku pengin banget ikut lomba itu *ngakak gulung-gulung*.
Dan lomba pun berlangsung, ternyata nervous cuma berlangsung
di menit pertama doang, selanjutnya enak banget aku ngomong. Setelah mengamati
peserta lainnya, kok aku jadi yakin aku pasti dapet juara nih, juara 1 pula (Ya
Allah pedenya hambamu ini menakjubkan banget). Dan apa yang terjadi, pas
diumumin di upacara aku beneran dapet juara 1 dong. (wagelaseh, aku
senyum-senyum gak jelas gitu sambil maju ke depan. *sombongnyaaah*...
Bukan masalah sombong sih (meskipun ada dikitlah), aku senyum-seyum itu sambil mikir sih karena ternyata apa yang
aku yakinin beneran kejadian. Inikah yang dinamakan Keyakinan membuat segalanya jadi mungkin dan Cinta membuat segalanya jadi mudah *plakkk*. Setelah moment itu, aku mulai mengubah mindset
bahwa apa yang kamu yakini itulah yang bakalan terjadi. Jadi sejak itu aku
selalu bilang “Nun, Kamu pasti bisa! Bismillah..”
-Terus apa yang kamu yakini pasti terjadi, Nun?
Enggak dong, enak banget hidup akoh kalau gitu.
-Loh, kok?
Karena apa yang kita yakini belum tentu itu baik buat kita,
Jadi tetep yakin aja Allah kasih kita yang terbaik lewat keyakinan yang nggak
terealisasi itu tadi. Setidaknya lewat yakin kita bisa lebih semangat dan nggak
gampang mengeluh, jadi jatuhnya lebih enak ngerjain sesuatu ngak dipikir beban
kaya yang dulu-dulu.
Tapi ngerti nggak kalau aku pernah meyakini ke”tidak yakin”an?
Bahkan sering, karena berbagai faktor dan alasan. Dan itu sampai sekarang. Meskipun
aku selalu yakin, tapi meyakini ketidak yakinan adalah masalah yang belum
terpecahkan buat aku pribadi. Namun setidaknya aku selalu yakin bahwa
Allah bersama orang-orang yang sabar dan orang-orang yang beriman , Ketika
aku meyakini ketidak yakinan karena memang itulah yang harus aku yakini (eaaakkkk
mulai butuh asupan bakso nih olang *mueehehe*). Mungkin karena kau tipe pemikir
kali yak. Semoga selalu sabar biar bisa disayang Allah, trus dikirimin jodoh.
*plakkk*
Yaudah segitu aja, kita harus yakin ibadah kita di bulan
ramadhan lancar dan barokah. Aku juga yakin besok bakalan bisa nulis #RamadhannyaKenun Day 10. Amiin. Eh, kalian punya kisah yang sama nggak
tentang yakin ini? Share dong...
Wassalamu’alaikum
warokhmatullahi wabarokatuh
(Kecup sayang sama semuanya yang udah mau baca) *yakin aja
deh*