Bertemu
dengan mantan itu sudah biasa, tapi bertemu dengan orang yang ingin dilupakan
itu sungguh membuat tubuh tiba-tiba penyakitan, dada sesak, kematian diujung
tanduk, tapi nikmat bukan kepalang.
Mungkin
aku harus berterima kasih pada Pinto, -teman sekelas, kuliah jurusan Bahasa
Indonesia angkatan 2008, semester 6- atau malah menghujaminya dengan beribu
kata jengkel. Karena kesibukannya yang disok sibukkan dengan title “Asisten
Dosen Makul Sosiolinguistik”, jadilah aku diwajibkan olehnya menggantikan nama
Pinto Suminto Sasmo menjadi Sasya Amika Ghomadi dalam sebuah kegiatan Baksos
Kampus. Yupsss dari Pasrah menjadi sangat ikhlas, ketika ia menjanjikanku nilai
A. Yessssss!!!! Generasi koruptor berkembang. Berawal dari itulah pertemuan
ini. Satu minggu ini, jabanin lah.
Namun,
setelah aku melihat proposal yang sempat sedikit membuatku miris membacanya,
dan timbul se-Sukhoi (banyak banget ampek ditampung pesawat Jet Sukhoi)
pertanyaan.. dari pertanyaan kenapa proposal macam ini di ACC?, kok
bisa?, apa yang buat ini idiot? Sampai bolehkah
aku merobek proposal ini untuk mengelap tai kucing di ban motor pespaku?... Aku
merasa sangat salah memilih tujuan hidupku, dengan memulainya mengikuti Baksos
ini. Ohhh Penguasa.... tapi apalah daya, nilai A sudah kugenggam. :D
Sebagai
calon guru Bahasa Indonesia dan jebolan kampus berkualitas, tertulis tekad kuat
dalam jidat penuh simbol-simbol kebegundalan kulit –jerawat-. Harus
kutemukan si pembuat proposal ini, apa kata dunia jika dia menjadi penanggung
jawab generasi muda yang menjadikannya lebih tak berbobot. Dan apa gunanya saya
calon guru Bahasa Indonesia Profesional tingkat dewa. :D.
Satu hari sebelum baksos.
Dari
bangun tidur pagi ini, tekadku sudah bulat untuk menemui mahasiswa tak berbobot
itu. Aku harus menjadi sesuatu demi merubah generasi masa depan Indonesia.
Hahahahahahaha
Kuliah
kewarganegaraan, yang dipimpin oleh sang Asdos sotoy suekali selesai sudah.
Dengan cekatan aku mengemasi snack yang kumakan saat berlangsungnya kuliah
tadi. Tentunya tidak sendirian, setiap kuliahnya si Pinto kita selalu nakal.
Sesekali demi merasakan nikmatnya hidup, tentunya untuk sebuah pengalaman yang
mendidik kita menjadi mental ayam KFC bukan Mendol.
“sesekali nakal untuk mengenal bagaimana
anda harus bertindak terhadap anak didik kelak, itu merupakan sesuatu sekali” itu yang dosen Psikologi katakan pada
semester awal. Dari itulah, kelas terkompak dikampus ini mengumandangkan bahwa
setiap makul dipimpin oleh Si Pinto, wajib menjajal kenakalan itu. –Nah lo!!!-
“kemana
cin?? Buru-buru amat?..” Aila –sahabat
klop TOP BGT sejak semester satu sampai akhir hayat, chuby, cantik, care
banget dah sama aku-
“nanti
ajah aku ceritain... baii ciin”
Setelah
salam semut dengan Aila, aku menghilang dari kerumunan mahasiswa edyan, rusak,
kompak tapi benar-benar mereka ingin mengubah Indonesia untuk menjadi lebih
baik. Tidak harus menjadi Presiden dan menteri yang sok sibuk, tapi dengan mengubah
rakyat bawah dengan gaya generasi mudanya, dengan ilmu yang menjadikan mereka
luar biasa. Love you emuach emuach guys. J
Berjalan
menyusuri kotak panjang bergaya usang dan beratap kusam namun berkarakter.
Dengan headset bertengger nyaman,
memecahkan keheningan saraf telinga dengan the
scene love you like songnya Selena
Gomez. Memapah kaki menuju ruangan bergaya unik dari kejauhan, dengan
tulisan menonjol “BAM”, organisasi kampus sok sibuk pastinya. Yah aku harus
nyemplung juga deh, ikut nimbrung and sok sibuk pasti. Ya.. ya.. ya...
Keunikan
bangunan dari luar tidak seWAW ketika aku masuk ke ruangan itu. Apha?!!!
Gokil.... benar-benar stylenya anak muda and banyak corak-corak rockernya juga.
Disetiap tembok yang terpapar Graffiti-Grafiti keren yang disekat layaknya
stand-stand pagelaran. N setiap program study –PRODI- mempunyai karakter
tersendiri. So cool..... aku merasa sia-sia 7 semester sebelumnya, seharusnya
sejak awal aku mampir ke sini.
Puas menikmati kotak keren penampung mahasiswa
yang tak keren menjadi sedikit keren karenanya –maap-. Aku harus ke stand Prodi Ekonomi, cukup dengan melihat kakater
temboknya. Noh ada rumus laba sama Prinsip Ekonomi ... pasti itu... capcus dah.
“hay guys...
(masang wajah sok imut n sok ngeplend, kan bakalan sok sibuk... ) numpang naya
dong, yang namanya Kun Soifi Mukhlas mana ya?” tanyaku dengan riang tak lupa
senyum Sok cantik.
“tuh...”
jawab seorang cewek berstyle sok harajuku tapi jatuhnya ke Kamseupay.
Aku
menoleh ke arah yang dimaksud cewek itu. Sebelumnya aku ingin mengomentari
penampilan cewek itu sebagai tanda terima kasihku. Karena nuraniku tumbuh
dengan indah, kuurungkan niat yang bisa membuat cewek tersebut pindah kuliah,
atau ringannya dia bisa Edan –untung nggak keceplosan-. Dan ku toleh, Loh
kemana si Mukhlas?! Cepet banget ngilangnya di tinggal mandeng kamseupay dikit
doang. Ciiisss. Yaudah lah ya, besok juga ketemu.
Tempat Baksos.
Diperjalanan
aku bergumam tak karuan. Apa gunanya uang negara yang katanya untuk
pembangunan, tapi jalannya ajah penuh dengan kerikil tajam dan terjal.
Uffhhttt. Sekalipun ini tempat terpencil, mereka juga bayar pajak kan. Apa kata
akhirat? –Nah lo?!!-
Sampai
pula aku pada alamat yang ada di inbox ponselku. Gara-gara motor pespa aku
nginjak gituan, akhirnya musti balik kerumah and telat, ditinggal lagi ma
rombongan. Akhirnya ada sms yang ngaku penanggung jawab Baksos, yang intinya
aku harus datang ke alamat tersebut dengan membawa uang Rp. 100.000 dibayar
tunai. Ancriit bener tuh orang. Tengil ajah baru jadi penanggung jawab baksos
kecil super belagu. Tunggu aku damprat ajah nanti, tapi karena nuraniku tumbuh
dengan indah, aku sabar ajah dan nurut. Nilai A udah di tangan. J
“assalamu”alaikum
guys... “ salamku, tak lupa senyum sok cantik terpaksa terurai.
“Udah
telat cengengesan lagi, tuh tugasmu benahin perpustakaan” tegur seseorang yang
membelakangiku, sibuk membuka sebuah buku besar lusuh.
“oh.. kamu
yang sms aku tadi” jawabku datar “sorry, takdir yang nggak bisa di tunda
besok-besok. Nih.... UANG DENDAnya” jawabku usil dengan menekankan nada UANG
DENDA, sok marah n bengis banget deh aku.
“bukan
dengan uang kamu bisa merubah hidup, tapi ini hanya sekadar motivasi biar kamu
nggak telat lagi. Faham Kak SaSya?!” dia menoleh dengan senyum itu. DEGG!!
Dia?!! Apaaa?!!! Dia?!!
Tiba-tiba
aku mau muntah, merasakan pusing. Seakan semua macam penyakit bergulat merebut
posisi masing-masing di tubuhku. Tapi kenapa menyenangkan sekali, nikmatnya
bukan main. Kau tahu?! Aku tersenyum padanya, dengan wajah penuh shock and
nafsu menggebu. Ohh.. Penguasa... jangan... jangan cepat berakhir.
Memprotes
proposal buatanya, menendang jauh belagu dan tengilnya, menghujaminya dengan
kata-kata sok menggurui dan ahhhhh semua yang ingin aku perhitungkan dengan dia
musnah, semua terbang dengan angin sedikit sejuk ini. Ternyata dia. Lagi-lagi
badanku tiba-tiba mati rasa, namun aku menikmatinya dengan penuh ke ikhlasan.
Indah.
Dia
benar-benar Ipeh, -adik kelasku semester
2, Prodi Ekonomi-. Awalnya aku tak ambil pusing sebab apa aku punya rasa
padanya. Kecil, nggak gaul, nggak perhatian, cuakep, beriman dan bertaqwa pada
Allah SWT, cerdas, karismatik, dan dia rajin menabung di hatiku. Dan aku mau
hatiku ada di hatinya. J
-----
Seperti
itulah kronologinya. Mengadakan kembali perpustakaan kecil ini sama dengan
memupuk kembali hal yang sudah lama dalam proses pencabutan resmi dari hatiku,
cinta ini. Menata buku-buku lusuh tanpa mengurangi manfaatnya bak menata hatiku
kembali, dari proses penyembuhan yang usang menjadi hati yang penuh dengan
perasaan yang tak berkurang indahnya.
Itulah
ketakutan besarku. Berseminya kembali cinta ini. Dengan dia, dia si Ipe. Kenapa
aku bisa lupa nama lengkapnya. Kun Soifi Mukhlas. AWCHHHH..
Mendadak
aku berada pada siluet-siluet tipis. Memandang taman itu. Taman yang tumbuh
dengan bunga apabila ditanami, dirawat, disiram, dan dijaga. Oh cintaku, itu
taman cintaku. Bukannya aku sudah menelantarkanyya?, agar cinta ini layu dan
perlahan mampus. Jarak yang menghalangi kukira akan bisa merubah rasa ini, tapi
dia terus berontak dan tak sedikit pula waktu kuluangkan dengan mencuri-curi
kesempatan tuk meredahkan rasa kangenku kepadanya.
Digdaya
cinta, keajaibannya bak benih yang tak pernah rusak oleh perubahan musim. Tak
rusak oleh kehadiran atau ketidak hadiran, oleh senang atau susah, oleh
keterpisahan atau kesatuan. Itu benih cinta, ketika tumbuh dalam hati.
Setelah
seminggu aku berpuitis ria dalam hati sebagai dumaynya. Meski berusaha
menghindar, tapi ingin rasanya dia tahu perasaan ini. Sebal itu menggairahkan
jika padanya. Sekarang di jidat ini tertulis kemauan. Tulis surat untuknya .
tapi karena aku hidup bukan dizaman revormasi lagi, namun dalam suasana
demokrasi dan modernisasi serta duitsasi. Aku mendelete sebagian catatan resmi
di jidatku. Tulis e_mail buat dia.
Sip.
Buka lepi
silverku. Tancapkan smart anti lemout kerena i hate slow J. Browsing e_mailku. Oh iya...
e_mailnya dia apaan ya?!. Setelah aku cari tahu lewat fbnya, akhirnya.... yeaa... tancap gas, stater kuat buat nulis:::
stop!!! Ah jadi ragu nih. Setelah menghirup dan mengeluaarkan nafas guna
menenangkan diri, kacau gara-gara kentutku yang nyaringnya naudzubillah ini
ikut berpartisipasi. Tulis tangan ajah deh, kan bisa spesial. Go go go cemungut!!!
Assalamu’alaikum
J. .... dari hari-hari kurasa. Rasa
rinduku ingin jumpa. Berawal dari rasa kagum dan bangga pada seorang adik yang
berlebihan. Memang berlebihan itu tidak disukai Tuhan, tapi aku suka. Dan tak
dinyanah ini berubah menjadi cinta. Aku mau kau memaafkan kakakmu yang telah
bersikap memalukan ini, tapi itulah aku.
Aku ingin jujur agar perasaan ini tidak lagi membuatku migran, tapi aku
suka migran itu, sebab karenamu J.
Sebuah
ketidak pantasan?......... Memang dik.
Mulutku
tak mampu mengucap, mataku tak berani memandangmu, badan ini tak mau
bertingkah, hati ini bergemuruh menyenangkan saat berada di dekatmu. Menghirup
cinta berawal dari kegelisahan hati. Ada kengerian tatkala separuh jiwa terbang
bersama nafsu.
Bukannya
aku menyalahkanmu sebagai ciptaanNYA yang mampu menjadikanku begini. Jika
bicara dosa, aku takut itu. Tapi inilah aku padamu, perasaanku padamu.
Kebijaksanaanmu
aku tunggu. Memberikan solusi untuk cinta dihatiku. Aku berusaha cintaku
berbuah surga, yang segar selamanya. Wassalamu’alaikum.
Dengan ini aku selipkan salam persahabatan yang ingin sekali
berubah menjadi lebih dari itu......
Dari kakakmu yang ..... J
aku shock
seketika membaca ulang tulisanku. Serius?! Ini aku yang nulis?! Ohh.. Penguasa,
terima kasih atas otak cerdasku. J aku
basahi tanganku dengan parfum softly kado ultah dari Aila. Kuusapkan lembut
pada surat itu. Memasukkannya dalam amplop biru calm dan cantik, kuusap juga
dengan sisa parfum ditanganku. PERFECTO SYA. J
Tempat
baksos.
Sekitar
95% tugasku kelar, tinggal membersihkan ruangan untuk kedua kali dan terakhir
kali sebelum ku tinggalkan. Aku datang lebih awal hari ini. Seminggu lamanya
aku disini. Ini hari terakhirku, aku akan berikan yang terbaik. Sesekali
mengintip ke saku taskku, memastikan amplop biru masih diam pada tempatnya.
Kusapu
setiap debu itu, sembari berdendang lirih dan terus memikirkan amplop biru itu.
Bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan basi. Haruskah aku kasih ke dia surat
ini? Apa sembunyi-sembunyi? Apa langsung ke orangnya?. Berputar-putar terus
pertanyaan itu. Dan TEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEETTTTTTTTTTTTTTTTT. Lamunanku
dikagetkan oleh penjual sayur desa tersebut. Waw, thanks pak tukang sayur, kau
mengembalikan kenormalanku.
Selesai.
Aku tersenyum melihat hasil kerjaku. J
“tidak
terlalu buruk..” sindir Ipe mendadak di belakangku
Sontak aku
menjawab dengan menyembunyikan raut kaget yang tiba-tiba amplop itupun mengerut,
merengsek semakin dalam di saku itu. “ini kan terlalu baguuusss,” tetap dengan
senyum sok cantikku.
“good job,
sista”
“thanks,
brooo..” yups sebatas broo, nggak ada beib dan nggak ada yang, atau say.
Eurght... apaan sih otakku ini. Aku tetap memandang amplop itu yang mulai
normal kembali.
Semua
sudah selesai. Bakti sosial ini. Aku di desa ini. Aku dan teman-teman. Aku dan
dia. Aku dan Ipe. Sasya dan Ipe. Andai saja kedua nama itu berada tepat pada
sebuah undangan pernikahan. Aku menangis girang pastinya.
Jika kau
tanya padaku, apa arti waktu? Ketika aku menghitungnya dari detik, menit, jam,
hari, minggu, bulan dan tahun, itu akan lama. Sebab disetiap aku menghitungnya,
aku menghitung setiap penantian bersamanya. Namun cobalah berkata hari itu akan
datang. Tak perlu aku paparkan detiknya, menitnya, jamnya, minggunya, bulannya
serta tahunnya. Pasti hari itu akan datang. Begitu pula masa depanku. Hari itu
akan datang. Dimana aku menjadi dewasa, seorang guru super duper profesional,
seorang istri idaman, ibu TOP BGT, dan berguna untuk sekelilingnya. Hari itu
tiba satu persatu. Dan penuh dengan kejutan.
Siang itu
hujan, deras sekali. Sampai-sampai aku juga menitihkan air mata. Dalam rumahku
yang penuh dengan saudaraku dan saudaranya. Ya akhirnya namaku dan namanya akan
resmi di cetak pada undangan pernikahan. Kurang sebulan teriak ibukku lembut
dari pintu. Sedangkan aku hanya mengangguk dan menyeka satu tetes di pipi
dengan sapu tangan baru. Hadiah nenekku, “kau akan banyak menangis cu, menangisi
takdirmu, menangisi keluargamau, menangisi masa lalumu, atau menangisi masa
depanmu..” dengan wibawanya
beliau melanjutkan, “tinggal kau rasakan itu tangis
bahagia apa tangis tak rela.. usapkanlah ini sapu tangan baru untuk pilihanmu
cu..”
Dan pada pertemuan
keluargaku dan keluarganya inilah, kutumpahkan air mata sebutir demi sebutir.
Ini air mata bahagia, ya Nek... air mata bahagia yang terpaksa ku lepaskan. Air
mata ini tangisan ketidak relaanku. Aku harus manut kepada orang tua, sedang
hatiku mereka tak tahu menahu. Aku harus rela undangan pernikahanku, di cetak
dengan nama Sasya dan Yusman. Itu bukan mauku. Mau orang tuaku.
“Siti
Nurbaya?! Apa salahnya jika itu membuatmu bahagia Sya...” malam sebelum
pertemuan keluarga itu, beliau menunjukkan sikapnya, Inilah sikap Seorang Ayah
kepada anaknya yang harus memilih masa depannya? Inikah?..”...ibu dan Ayahmu
dulu juga dijodohkan, toh langgeng dan bahagia...”
“iyah
Sya... manut ajah sama Ayah. Yusman adalah guru Profesional. Bukankah itu yang
kamu idamkan.” Papar lembut ibu.
“benar
ibu, ayah , tapi bukan Mas Yusman. Dia Sasya anggap kakak sendiri, begitu juga
sebaliknya..”
“...manut
saja sama Ayah Sya, Eyang kamu telah menjodohkannmu dengan Yusman sejak kalian
kecil. Itu amanah Sya.. Amanah..” jelas Ayah sekali lagi.
Nasib ini
memang untukku. Ini bukan hanya sekedar takdir, tapi juga manipulasi hidup. Dan
aku harus menerimanya dengan tangis bahagia, ya mereka anggap ini tangis bahagia. Dan aku
hanya mengangguk. Kemana Dia. Seharusnya kan tahu, Dia kan saudara Mas Yusman.
Ohh.. Penguasa. Aku menanti hari timbal balikmu tiba.
Apa harus
aku lupakan dia, bersama air hujan yang hilang di telan tanah. Atau aku
gantungkan dia, di ujung petir menyambar sakit dan kemudian musnah. Pernah
untuk melepaskannya Tuhan, tapi kenapa kau hidupkan kembali bennih itu. Aku
sanggup Tuhan, dengan semua Titahmu. Tapi ini berat, memikul bumipun hanya
seperempatnya. Aku harus menikah dengan Mas Yusman. Iyah itulah yang dinamakn
takdir. Ini takdirmu kan Tuhan? Baiklah aku jalani.
Malam itu
malam pertama. Aku dan Mas Yusman syah menjadi suami Istri. Aku adalah Siti
Nurbaya di zaman modern kawan. Jika kita sama, tinggal melihat kelanjutannya
saja. Bertambah bahagia, ataukan bertambah bahagia yang sungguh tak rela.
Kami berdua
berada di atas ranjang. Kamarku malam itu di hias apik. Menghabiskan dana satu
juta hanya untuk kamar. Iyah kamar malam pertama seorang pengantin.
“Dik...
kamu bahagia? Kenapa aku melihatnya tidak?” tanya Mas Yusman dengan memandang
atap dan bertengger satu cicak diatasnya mengeluarkan sesuatu yang hitam.
“kalau Mas
melihat aku tidak bahagia, kenapa di nikahi?” dan aku memandang cicak itu juga.
Kini menggoyangkan ekornya dan berbunyi.ckckckckckc. anciit dia be’ol lagi.
Mas Yusman
diam cukup lama, sedangkan aku mulai tak tahan dengan kantuk ini. Terdengar
suara rungsek yang begitu saja kuabaikan. Tiba-tiba saja gelap. Dan itulah
malam pertama seorang Sasya. Pasrah.
Pagi hari.
Subuh itu,
Mas Yusman membangunkanku lembut. Di tepuknya ujung kakiku hingga, aku
terjungkat bangun kaget. Dan dengan tersenyum dia berkata. “Bangun dik, kita
subuh-an dulu.” Dengan sepintas aku melihatnya sudah segar, dengan rambut
basahnya. Tidak begitu jelek, Cuma enak dipandang.
Sehabis
mandi dan sholat berjama’ah. Aku menyisir rambutku yang semalam sudah aku
bersihkan sisa-sisa hairspray itu, tinggal disisir saja.
Mas Yusman
datang dan cukup kaget melihat rambutku. Ada apa dengan rambutku. Memang ada
yang botak? Atau rambutku jelek. Auuhhhh males dengernya. Dan ternyata aku
pasrah ketika mendengar papannya tentang semalam, tentang aku dan dia. Di atas
ranjang pengantin itu. Aku tidak percaya, dan benar-benar aku tidak
melakukannya. Tapi Mas Yusman benar-benar melakukannya. Denganku, dengan istri sahnya.
Ya Allah, aku belum rela. Kenapa dia tidak bertanya dulu.
Inilah
yang aku takutkan, hari itu akan dtang. Itu benar. Hari dimana aku tidak akn
jadi miliknya. Hari dimana penantianku tidak berujung padanya. Ya Allah dosa
apa ini. Dia suamiku dan aku masih saja memikirkan orang lain. Itu haknya.
Akulah yang pendusta. Dan aku Pasrah. Kini aku memang milik Mas Yusman
seutuhnya. Dan Dia bukan.
The
ending.
Hari itu
Aila datang kerumah. Tepat di hari syukuran 3 bulanan kehamilanku. Dia membawa
sebuah bingkisan. Besar tapi ringan. Pasti isinya uang semilyar. Ketika aku
berkata begitu, dia tertawa terbahak-bahak, mulai pelan dan berubah menjadi air
mata. Kenapa dia menangis?
Dia
menceritakan sesuatu. Hal yang pernah aku ceritakan padanya. Amplop biru itu.
Aku terdiam sedikit marah, kenapa dia tak bilang sebelum-sebelumnya. Mengapa
dia berikan amplop yang tak sempat aku berikan pada Ipeh, karena aku tak
sanggup.
Dia
menyodorkan amplop biru itu. Kusam warnanya dimakan waktu. Sama, itu ampolp
biruku. Baunya berdebu, dan bukan parfumku. “bacalah Sya, aku temani kau
disini..” Aila menutup pintu kamar Sasya dan duduk memegangi pundaknya.
Kakaku
yang menginginkan lebih dari seorang kakak.
Maaf aku
menyimpan suratmu ini. Karena aku suka. Setelah bertahun-tahun baru aku ingin
membalasnya. Bukankah aku juga berdosa. Setelah aku tahu kabar kakak mengandung
dari Aila, aku langsung mengirim surat ini untuk Kakakku tersayang dari Brunei.
Kak,
bagaimana dengan cinta kakak saat ini
dengan Kak Yusman? Pasti sangat bahagia? Aku mau merusak kebahagiaanmu kak,
dengan menjemputmu, menikahimu dan menetap di brunei. Tapi aku tidak mau
berdosa untuk yang kedua kalinya. Cukup sekali dan itu menyakitkan. Aku memang
terlambat. Aku menyayangimu kak. Sama sebenarnya dengan yang kakak rasakan.
Tapi juga aku tidak mau membuat kebahagiaan kakak sekarang musnah.
Kak, aku
mencintaimu sampai sekarang. Sebagai seorang kakak yang super duper
profesional. Jadilah ibu yang terbaik buat anak kakak dan buat Kak Yusman. Dia
sangat mencintaimu. Dia selalu gembira menceritakan tentangmu kepadaku. Kurasa
cukup.
Dari adik
yang ingin kau annggap lebih daari itu.
Salam
sayang
Ipeh
Aila
terkaget-kaget melihat mimik wajahku. Dia mengharapkan aku menangis rupanya.
Aila salah jika menganggap aku masih manaruh rasa pada Ipeh. Aku kini hanya
milik Mas Yusman saja. Inilah Siti Nurbaya modern ini. Mau berubah untuk yang
lebih baik. Menjadi seseorang yang super duper profesional. Dimata siapapun.
Aila
memelukku dan aku menciumi pipinya, sama ketika kita sering melakukannya dulu.
Salam semut. “Aku rasa Ipeh cocok untuk kamu Ai..” sindir aku padanya. “ahhhhhh
Sasya... kan udah ada si Pinto... super duper deh di hatiku” jawab Aila centil.
Tiba-tiba,
Laki-laki itu membuka pintu dan tersenyum kepadaku. Aku menghampirinya dan
memeluknya erat. Dia super duper suamiku. Dan pemilik hatiku. Aila menyobek
perlahan kertas dan amplop dari Ipe, dan memasukkan sobekan itu ke dalam
tasnya. Kami melanjutkan acara Tiga bulanan itu. Brfoto bersama, bercanda
bersama dan inilah sebenarnya hari itu. Hari super duper istimewa.
“eh...
Aila, ibu do’ain deh cepet nyusul Sasya. Biar nanti kalo beda kelamin bisa deh
di jodohin.... kan seruu..” canda Ibu
“Enggak!!!”
aku dan Sasya menjawab Kompak. Dan tawapun pecah berbarengan.
Bagi
seorang wanita, Cinta pertama emang susah buat dilupain. Cintanya berawal dari
denyutan di belakang kulit dada. Cinta itu kehormatan yang tak bisa
dibandingkan dengan materi. Cinta itu kekal meski tak dapat memiliki. Jangan
cengeng karena cinta, namun berjuanglah, semangatlah dan capailah semuanya
dengan cinta. (yang nggak setuju boleh nyemplung sumur).
JADILAH
WANITA YANG SUPER DUPER SHOLIHAH. ALHAMDULILLAH. SYUKRON. WASSALAMU’ALAIKUM WR.
WB.
Maap iseng2.
NB: suka bodoh aja kalo ngasih judul, jadi khusus ini nggak pake judul. wkwkwkwk.
Ditulis pada 03/05/2013 (pernh posting di fb)
Lanjutkan!!! maksudnya pos lebih banyak lagi cerpen hihihihi
BalasHapusOkay mbak, kritik sarannya dong
BalasHapusSejauh ini sih aku enjoy bacanya.keren kok..ntr pasti tak ksi kritik klo perlu dkritik hihi
BalasHapus