Assalamu'alaikum, Nin. Apa kabar? kamu kangen aku ya? apa aku yang kangen kamu? 😉
*****
"Ga selamanya juga, Ain, bisa ingetin. kan SMP kita bakalan pisah. Harus belajar sadar diri."
"Eh, pisah sekolah aja ya, kita kan tetep konco. Ketemu di madrasah juga jangan salah. eh udah deh nggak enak ngomongin pisah-pisah."
*****
" Kenapa?""Sakit."
"Izin yukk, aku bilang Bu Guru."
Dia muntah di kelas. Nggak tega lihatnya. Besoknya nggak masuk.
*****
Entah pada hari keberapa dia nggak masuk, dari kelas aku lihat adiknya dijemput. Dan kabar dukapun disampaikan. Nina meninggal, karena sakit.
*****
Dia udah duduk manis banget di tangga pendek kelas 3 banat. Cantiiiiiiiiiiiik bangetttttt. Pake baju warna hijau pupus bermotif. Dia nyium aku. Aku peluk, terus aku ajak jajan bakso cilok gak mau."Nin, kok pinter banget bisa ngitung jumlah tasydid di surat Al-Fatihah? Neng Dzur sampe muji loh."
Dianya cuma senyum doang sambil nunjuk jidatnya.
"Kok cantik banget si hari ini, tularin."
Dia nyium aku lagi. Dan aku meluk dia lagi.
Aku Terbangun sambil nangis, inget kalo dia udah nggak ada. Mimpi itu tepat datang setelah malam peringatan 7 hari meninggalnya. Terima kasih udah pamit dengan manis, item manisku.
*****
Nin, aku ketemu ibumu. Maaf aku pelupa kalau kau tanya kapan. Tepatnya dia sedang duduk di kursi saat acara imtihan. Kalimat yang sama setelah bersalaman, yang selalu dia katakan, "Anakku, wes segedhe iki yo, Nduk.""Enggeh, Sehat buk?"
Dan seperti biasa dia cerita dengan matanya yang memendam rindu padamu. Rasa bersalah kadang ada saat aku bertemu ibumu. Karena mungkin mata sedih itu karena melihat aku dia jadi ingat kamu. Tapi aku hanya mampu menggenggam balik sampai ibumu melepas genggamnya. Maaf, hanya itu.
Itulah terakhir kalinya, Nin. Lalu kabar duka ku dengar.
*****
Nina, Maaf telah mengikatmu dengan janji. Dan terima kasih telah menepati sampai saat ini. Aku sayang kamu, Nin.
Khusushon ila rukhi Khaninnatur Rokhmah, Al-Fatihah.....