Kamis, 20 April 2017

CerpenAi: --

Bertemu dengan mantan itu sudah biasa, tapi bertemu dengan orang yang ingin dilupakan itu sungguh membuat tubuh tiba-tiba penyakitan, dada sesak, kematian diujung tanduk, tapi nikmat bukan kepalang.
google

Mungkin aku harus berterima kasih pada Pinto, -teman sekelas, kuliah jurusan Bahasa Indonesia angkatan 2008, semester 6- atau malah menghujaminya dengan beribu kata jengkel. Karena kesibukannya yang disok sibukkan dengan title “Asisten Dosen Makul Sosiolinguistik”, jadilah aku diwajibkan olehnya menggantikan nama Pinto Suminto Sasmo menjadi Sasya Amika Ghomadi dalam sebuah kegiatan Baksos Kampus. Yupsss dari Pasrah menjadi sangat ikhlas, ketika ia menjanjikanku nilai A. Yessssss!!!! Generasi koruptor berkembang. Berawal dari itulah pertemuan ini. Satu minggu ini, jabanin lah.
Namun, setelah aku melihat proposal yang sempat sedikit membuatku miris membacanya, dan timbul se-Sukhoi (banyak banget ampek ditampung pesawat Jet Sukhoi) pertanyaan.. dari pertanyaan kenapa proposal macam ini di ACC?, kok bisa?, apa yang buat ini idiot? Sampai bolehkah aku merobek proposal ini untuk mengelap tai kucing di ban motor pespaku?... Aku merasa sangat salah memilih tujuan hidupku, dengan memulainya mengikuti Baksos ini. Ohhh Penguasa.... tapi apalah daya, nilai A sudah kugenggam. :D
Sebagai calon guru Bahasa Indonesia dan jebolan kampus berkualitas, tertulis tekad kuat dalam jidat penuh simbol-simbol kebegundalan kulit –jerawat-. Harus kutemukan si pembuat proposal ini, apa kata dunia jika dia menjadi penanggung jawab generasi muda yang menjadikannya lebih tak berbobot. Dan apa gunanya saya calon guru Bahasa Indonesia Profesional tingkat dewa. :D.

Satu hari sebelum baksos.
Dari bangun tidur pagi ini, tekadku sudah bulat untuk menemui mahasiswa tak berbobot itu. Aku harus menjadi sesuatu demi merubah generasi masa depan Indonesia. Hahahahahahaha
Kuliah kewarganegaraan, yang dipimpin oleh sang Asdos sotoy suekali selesai sudah. Dengan cekatan aku mengemasi snack yang kumakan saat berlangsungnya kuliah tadi. Tentunya tidak sendirian, setiap kuliahnya si Pinto kita selalu nakal. Sesekali demi merasakan nikmatnya hidup, tentunya untuk sebuah pengalaman yang mendidik kita menjadi mental ayam KFC bukan Mendol.
 “sesekali nakal untuk mengenal bagaimana anda harus bertindak terhadap anak didik kelak, itu merupakan sesuatu sekali” itu yang dosen Psikologi katakan pada semester awal. Dari itulah, kelas terkompak dikampus ini mengumandangkan bahwa setiap makul dipimpin oleh Si Pinto, wajib menjajal kenakalan itu. –Nah lo!!!-
“kemana cin?? Buru-buru amat?..” Aila –sahabat  klop TOP BGT sejak semester satu sampai akhir hayat, chuby, cantik, care banget dah sama aku-
“nanti ajah aku ceritain... baii ciin”
Setelah salam semut dengan Aila, aku menghilang dari kerumunan mahasiswa edyan, rusak, kompak tapi benar-benar mereka ingin mengubah Indonesia untuk menjadi lebih baik. Tidak harus menjadi Presiden dan menteri yang sok sibuk, tapi dengan mengubah rakyat bawah dengan gaya generasi mudanya, dengan ilmu yang menjadikan mereka luar biasa. Love you emuach emuach guys. J
Berjalan menyusuri kotak panjang bergaya usang dan beratap kusam namun berkarakter. Dengan headset bertengger nyaman, memecahkan keheningan saraf telinga dengan the scene love you like songnya Selena Gomez. Memapah kaki menuju ruangan bergaya unik dari kejauhan, dengan tulisan menonjol “BAM”, organisasi kampus sok sibuk pastinya. Yah aku harus nyemplung juga deh, ikut nimbrung and sok sibuk pasti. Ya.. ya.. ya...
Keunikan bangunan dari luar tidak seWAW ketika aku masuk ke ruangan itu. Apha?!!! Gokil.... benar-benar stylenya anak muda and banyak corak-corak rockernya juga. Disetiap tembok yang terpapar Graffiti-Grafiti keren yang disekat layaknya stand-stand pagelaran. N setiap program study –PRODI- mempunyai karakter tersendiri. So cool..... aku merasa sia-sia 7 semester sebelumnya, seharusnya sejak awal aku mampir ke sini.
 Puas menikmati kotak keren penampung mahasiswa yang tak keren menjadi sedikit keren karenanya –maap-. Aku harus ke stand Prodi  Ekonomi, cukup dengan melihat kakater temboknya. Noh ada rumus laba sama Prinsip Ekonomi ... pasti itu... capcus dah.
“hay guys... (masang wajah sok imut n sok ngeplend, kan bakalan sok sibuk... ) numpang naya dong, yang namanya Kun Soifi Mukhlas mana ya?” tanyaku dengan riang tak lupa senyum Sok cantik.
“tuh...” jawab seorang cewek berstyle sok harajuku tapi jatuhnya ke Kamseupay.
Aku menoleh ke arah yang dimaksud cewek itu. Sebelumnya aku ingin mengomentari penampilan cewek itu sebagai tanda terima kasihku. Karena nuraniku tumbuh dengan indah, kuurungkan niat yang bisa membuat cewek tersebut pindah kuliah, atau ringannya dia bisa Edan –untung nggak keceplosan-. Dan ku toleh, Loh kemana si Mukhlas?! Cepet banget ngilangnya di tinggal mandeng kamseupay dikit doang. Ciiisss. Yaudah lah ya, besok juga ketemu.

Tempat Baksos.
Diperjalanan aku bergumam tak karuan. Apa gunanya uang negara yang katanya untuk pembangunan, tapi jalannya ajah penuh dengan kerikil tajam dan terjal. Uffhhttt. Sekalipun ini tempat terpencil, mereka juga bayar pajak kan. Apa kata akhirat? –Nah lo?!!-
Sampai pula aku pada alamat yang ada di inbox ponselku. Gara-gara motor pespa aku nginjak gituan, akhirnya musti balik kerumah and telat, ditinggal lagi ma rombongan. Akhirnya ada sms yang ngaku penanggung jawab Baksos, yang intinya aku harus datang ke alamat tersebut dengan membawa uang Rp. 100.000 dibayar tunai. Ancriit bener tuh orang. Tengil ajah baru jadi penanggung jawab baksos kecil super belagu. Tunggu aku damprat ajah nanti, tapi karena nuraniku tumbuh dengan indah, aku sabar ajah dan nurut. Nilai A udah di tangan.  J
“assalamu”alaikum guys... “ salamku, tak lupa senyum sok cantik terpaksa terurai.
“Udah telat cengengesan lagi, tuh tugasmu benahin perpustakaan” tegur seseorang yang membelakangiku, sibuk membuka sebuah buku besar lusuh.
“oh.. kamu yang sms aku tadi” jawabku datar “sorry, takdir yang nggak bisa di tunda besok-besok. Nih.... UANG DENDAnya” jawabku usil dengan menekankan nada UANG DENDA, sok marah n bengis banget deh aku.
“bukan dengan uang kamu bisa merubah hidup, tapi ini hanya sekadar motivasi biar kamu nggak telat lagi. Faham Kak SaSya?!” dia menoleh dengan senyum itu. DEGG!! Dia?!! Apaaa?!!! Dia?!!
Tiba-tiba aku mau muntah, merasakan pusing. Seakan semua macam penyakit bergulat merebut posisi masing-masing di tubuhku. Tapi kenapa menyenangkan sekali, nikmatnya bukan main. Kau tahu?! Aku tersenyum padanya, dengan wajah penuh shock and nafsu menggebu. Ohh.. Penguasa... jangan... jangan cepat berakhir.
Memprotes proposal buatanya, menendang jauh belagu dan tengilnya, menghujaminya dengan kata-kata sok menggurui dan ahhhhh semua yang ingin aku perhitungkan dengan dia musnah, semua terbang dengan angin sedikit sejuk ini. Ternyata dia. Lagi-lagi badanku tiba-tiba mati rasa, namun aku menikmatinya dengan penuh ke ikhlasan. Indah.
Dia benar-benar Ipeh,  -adik kelasku semester 2, Prodi Ekonomi-. Awalnya aku tak ambil pusing sebab apa aku punya rasa padanya. Kecil, nggak gaul, nggak perhatian, cuakep, beriman dan bertaqwa pada Allah SWT, cerdas, karismatik, dan dia rajin menabung di hatiku. Dan aku mau hatiku  ada di hatinya. J
-----
Seperti itulah kronologinya. Mengadakan kembali perpustakaan kecil ini sama dengan memupuk kembali hal yang sudah lama dalam proses pencabutan resmi dari hatiku, cinta ini. Menata buku-buku lusuh tanpa mengurangi manfaatnya bak menata hatiku kembali, dari proses penyembuhan yang usang menjadi hati yang penuh dengan perasaan yang tak berkurang indahnya.
Itulah ketakutan besarku. Berseminya kembali cinta ini. Dengan dia, dia si Ipe. Kenapa aku bisa lupa nama lengkapnya. Kun Soifi Mukhlas. AWCHHHH..
Mendadak aku berada pada siluet-siluet tipis. Memandang taman itu. Taman yang tumbuh dengan bunga apabila ditanami, dirawat, disiram, dan dijaga. Oh cintaku, itu taman cintaku. Bukannya aku sudah menelantarkanyya?, agar cinta ini layu dan perlahan mampus. Jarak yang menghalangi kukira akan bisa merubah rasa ini, tapi dia terus berontak dan tak sedikit pula waktu kuluangkan dengan mencuri-curi kesempatan tuk meredahkan rasa kangenku kepadanya.
Digdaya cinta, keajaibannya bak benih yang tak pernah rusak oleh perubahan musim. Tak rusak oleh kehadiran atau ketidak hadiran, oleh senang atau susah, oleh keterpisahan atau kesatuan. Itu benih cinta, ketika tumbuh dalam hati.
Setelah seminggu aku berpuitis ria dalam hati sebagai dumaynya. Meski berusaha menghindar, tapi ingin rasanya dia tahu perasaan ini. Sebal itu menggairahkan jika padanya. Sekarang di jidat ini tertulis kemauan. Tulis surat untuknya . tapi karena aku hidup bukan dizaman revormasi lagi, namun dalam suasana demokrasi dan modernisasi serta duitsasi. Aku mendelete sebagian catatan resmi di jidatku. Tulis e_mail buat dia. Sip.
Buka lepi silverku. Tancapkan smart anti lemout kerena i hate slow J. Browsing e_mailku. Oh iya... e_mailnya dia apaan ya?!. Setelah aku cari tahu lewat fbnya, akhirnya.... yeaa... tancap gas, stater kuat buat nulis::: stop!!! Ah jadi ragu nih. Setelah menghirup dan mengeluaarkan nafas guna menenangkan diri, kacau gara-gara kentutku yang nyaringnya naudzubillah ini ikut berpartisipasi. Tulis tangan ajah deh, kan bisa spesial. Go go go cemungut!!!

Assalamu’alaikum J. .... dari hari-hari kurasa. Rasa rinduku ingin jumpa. Berawal dari rasa kagum dan bangga pada seorang adik yang berlebihan. Memang berlebihan itu tidak disukai Tuhan, tapi aku suka. Dan tak dinyanah ini berubah menjadi cinta. Aku mau kau memaafkan kakakmu yang telah bersikap memalukan ini, tapi itulah aku.  Aku ingin jujur agar perasaan ini tidak lagi membuatku migran, tapi aku suka migran itu, sebab karenamu J.
Sebuah ketidak pantasan?......... Memang dik.
Mulutku tak mampu mengucap, mataku tak berani memandangmu, badan ini tak mau bertingkah, hati ini bergemuruh menyenangkan saat berada di dekatmu. Menghirup cinta berawal dari kegelisahan hati. Ada kengerian tatkala separuh jiwa terbang bersama nafsu.
Bukannya aku menyalahkanmu sebagai ciptaanNYA yang mampu menjadikanku begini. Jika bicara dosa, aku takut itu. Tapi inilah aku padamu, perasaanku padamu.
Kebijaksanaanmu aku tunggu. Memberikan solusi untuk cinta dihatiku. Aku berusaha cintaku berbuah surga, yang segar selamanya. Wassalamu’alaikum.
Dengan ini aku selipkan salam persahabatan yang ingin sekali berubah menjadi lebih dari itu......
Dari kakakmu yang ..... J
aku shock seketika membaca ulang tulisanku. Serius?! Ini aku yang nulis?! Ohh.. Penguasa, terima kasih atas otak cerdasku. J aku basahi tanganku dengan parfum softly kado ultah dari Aila. Kuusapkan lembut pada surat itu. Memasukkannya dalam amplop biru calm dan cantik, kuusap juga dengan sisa parfum ditanganku. PERFECTO SYA. J

Tempat baksos.
Sekitar 95% tugasku kelar, tinggal membersihkan ruangan untuk kedua kali dan terakhir kali sebelum ku tinggalkan. Aku datang lebih awal hari ini. Seminggu lamanya aku disini. Ini hari terakhirku, aku akan berikan yang terbaik. Sesekali mengintip ke saku taskku, memastikan amplop biru masih diam pada tempatnya.
Kusapu setiap debu itu, sembari berdendang lirih dan terus memikirkan amplop biru itu. Bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan basi. Haruskah aku kasih ke dia surat ini? Apa sembunyi-sembunyi? Apa langsung ke orangnya?. Berputar-putar terus pertanyaan itu. Dan TEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEETTTTTTTTTTTTTTTTT. Lamunanku dikagetkan oleh penjual sayur desa tersebut. Waw, thanks pak tukang sayur, kau mengembalikan kenormalanku.
Selesai. Aku tersenyum melihat hasil kerjaku. J
“tidak terlalu buruk..” sindir Ipe mendadak di belakangku
Sontak aku menjawab dengan menyembunyikan raut kaget yang tiba-tiba amplop itupun mengerut, merengsek semakin dalam di saku itu. “ini kan terlalu baguuusss,” tetap dengan senyum sok cantikku.
“good job, sista”
“thanks, brooo..” yups sebatas broo, nggak ada beib dan nggak ada yang, atau say. Eurght... apaan sih otakku ini. Aku tetap memandang amplop itu yang mulai normal kembali.
Semua sudah selesai. Bakti sosial ini. Aku di desa ini. Aku dan teman-teman. Aku dan dia. Aku dan Ipe. Sasya dan Ipe. Andai saja kedua nama itu berada tepat pada sebuah undangan pernikahan. Aku menangis girang pastinya.

Jika kau tanya padaku, apa arti waktu? Ketika aku menghitungnya dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun, itu akan lama. Sebab disetiap aku menghitungnya, aku menghitung setiap penantian bersamanya. Namun cobalah berkata hari itu akan datang. Tak perlu aku paparkan detiknya, menitnya, jamnya, minggunya, bulannya serta tahunnya. Pasti hari itu akan datang. Begitu pula masa depanku. Hari itu akan datang. Dimana aku menjadi dewasa, seorang guru super duper profesional, seorang istri idaman, ibu TOP BGT, dan berguna untuk sekelilingnya. Hari itu tiba satu persatu. Dan penuh dengan kejutan.
Siang itu hujan, deras sekali. Sampai-sampai aku juga menitihkan air mata. Dalam rumahku yang penuh dengan saudaraku dan saudaranya. Ya akhirnya namaku dan namanya akan resmi di cetak pada undangan pernikahan. Kurang sebulan teriak ibukku lembut dari pintu. Sedangkan aku hanya mengangguk dan menyeka satu tetes di pipi dengan sapu tangan baru. Hadiah nenekku, “kau akan banyak menangis cu, menangisi takdirmu, menangisi keluargamau, menangisi masa lalumu, atau menangisi masa depanmu..”  dengan wibawanya beliau melanjutkan,  “tinggal kau rasakan itu tangis bahagia apa tangis tak rela.. usapkanlah ini sapu tangan baru untuk pilihanmu cu..”
Dan pada pertemuan keluargaku dan keluarganya inilah, kutumpahkan air mata sebutir demi sebutir. Ini air mata bahagia, ya Nek... air mata bahagia yang terpaksa ku lepaskan. Air mata ini tangisan ketidak relaanku. Aku harus manut kepada orang tua, sedang hatiku mereka tak tahu menahu. Aku harus rela undangan pernikahanku, di cetak dengan nama Sasya dan Yusman. Itu bukan mauku. Mau orang tuaku.
“Siti Nurbaya?! Apa salahnya jika itu membuatmu bahagia Sya...” malam sebelum pertemuan keluarga itu, beliau menunjukkan sikapnya, Inilah sikap Seorang Ayah kepada anaknya yang harus memilih masa depannya? Inikah?..”...ibu dan Ayahmu dulu juga dijodohkan, toh langgeng dan bahagia...”
“iyah Sya... manut ajah sama Ayah. Yusman adalah guru Profesional. Bukankah itu yang kamu idamkan.” Papar lembut ibu.
“benar ibu, ayah , tapi bukan Mas Yusman. Dia Sasya anggap kakak sendiri, begitu juga sebaliknya..”
“...manut saja sama Ayah Sya, Eyang kamu telah menjodohkannmu dengan Yusman sejak kalian kecil. Itu amanah Sya.. Amanah..” jelas Ayah sekali lagi.
Nasib ini memang untukku. Ini bukan hanya sekedar takdir, tapi juga manipulasi hidup. Dan aku harus menerimanya dengan tangis bahagia, ya  mereka anggap ini tangis bahagia. Dan aku hanya mengangguk. Kemana Dia. Seharusnya kan tahu, Dia kan saudara Mas Yusman. Ohh.. Penguasa. Aku menanti hari timbal balikmu tiba.
Apa harus aku lupakan dia, bersama air hujan yang hilang di telan tanah. Atau aku gantungkan dia, di ujung petir menyambar sakit dan kemudian musnah. Pernah untuk melepaskannya Tuhan, tapi kenapa kau hidupkan kembali bennih itu. Aku sanggup Tuhan, dengan semua Titahmu. Tapi ini berat, memikul bumipun hanya seperempatnya. Aku harus menikah dengan Mas Yusman. Iyah itulah yang dinamakn takdir. Ini takdirmu kan Tuhan? Baiklah aku jalani.

Malam itu malam pertama. Aku dan Mas Yusman syah menjadi suami Istri. Aku adalah Siti Nurbaya di zaman modern kawan. Jika kita sama, tinggal melihat kelanjutannya saja. Bertambah bahagia, ataukan bertambah bahagia yang sungguh tak rela.
Kami berdua berada di atas ranjang. Kamarku malam itu di hias apik. Menghabiskan dana satu juta hanya untuk kamar. Iyah kamar malam pertama seorang pengantin.
“Dik... kamu bahagia? Kenapa aku melihatnya tidak?” tanya Mas Yusman dengan memandang atap dan bertengger satu cicak diatasnya mengeluarkan sesuatu yang hitam.
“kalau Mas melihat aku tidak bahagia, kenapa di nikahi?” dan aku memandang cicak itu juga. Kini menggoyangkan ekornya dan berbunyi.ckckckckckc. anciit dia be’ol lagi.
Mas Yusman diam cukup lama, sedangkan aku mulai tak tahan dengan kantuk ini. Terdengar suara rungsek yang begitu saja kuabaikan. Tiba-tiba saja gelap. Dan itulah malam pertama seorang Sasya. Pasrah.
Pagi hari.
Subuh itu, Mas Yusman membangunkanku lembut. Di tepuknya ujung kakiku hingga, aku terjungkat bangun kaget. Dan dengan tersenyum dia berkata. “Bangun dik, kita subuh-an dulu.” Dengan sepintas aku melihatnya sudah segar, dengan rambut basahnya. Tidak begitu jelek, Cuma enak dipandang.
Sehabis mandi dan sholat berjama’ah. Aku menyisir rambutku yang semalam sudah aku bersihkan sisa-sisa hairspray itu, tinggal disisir saja.
Mas Yusman datang dan cukup kaget melihat rambutku. Ada apa dengan rambutku. Memang ada yang botak? Atau rambutku jelek. Auuhhhh males dengernya. Dan ternyata aku pasrah ketika mendengar papannya tentang semalam, tentang aku dan dia. Di atas ranjang pengantin itu. Aku tidak percaya, dan benar-benar aku tidak melakukannya. Tapi Mas Yusman benar-benar melakukannya. Denganku, dengan istri sahnya. Ya Allah, aku belum rela. Kenapa dia tidak bertanya dulu.
Inilah yang aku takutkan, hari itu akan dtang. Itu benar. Hari dimana aku tidak akn jadi miliknya. Hari dimana penantianku tidak berujung padanya. Ya Allah dosa apa ini. Dia suamiku dan aku masih saja memikirkan orang lain. Itu haknya. Akulah yang pendusta. Dan aku Pasrah. Kini aku memang milik Mas Yusman seutuhnya. Dan Dia bukan.

The ending.
Hari itu Aila datang kerumah. Tepat di hari syukuran 3 bulanan kehamilanku. Dia membawa sebuah bingkisan. Besar tapi ringan. Pasti isinya uang semilyar. Ketika aku berkata begitu, dia tertawa terbahak-bahak, mulai pelan dan berubah menjadi air mata. Kenapa dia menangis?
Dia menceritakan sesuatu. Hal yang pernah aku ceritakan padanya. Amplop biru itu. Aku terdiam sedikit marah, kenapa dia tak bilang sebelum-sebelumnya. Mengapa dia berikan amplop yang tak sempat aku berikan pada Ipeh, karena aku tak sanggup.
Dia menyodorkan amplop biru itu. Kusam warnanya dimakan waktu. Sama, itu ampolp biruku. Baunya berdebu, dan bukan parfumku. “bacalah Sya, aku temani kau disini..” Aila menutup pintu kamar Sasya dan duduk memegangi pundaknya.
Kakaku yang menginginkan lebih dari seorang kakak.
Maaf aku menyimpan suratmu ini. Karena aku suka. Setelah bertahun-tahun baru aku ingin membalasnya. Bukankah aku juga berdosa. Setelah aku tahu kabar kakak mengandung dari Aila, aku langsung mengirim surat ini untuk Kakakku tersayang dari Brunei.
Kak, bagaimana dengan cinta kakak saat  ini dengan Kak Yusman? Pasti sangat bahagia? Aku mau merusak kebahagiaanmu kak, dengan menjemputmu, menikahimu dan menetap di brunei. Tapi aku tidak mau berdosa untuk yang kedua kalinya. Cukup sekali dan itu menyakitkan. Aku memang terlambat. Aku menyayangimu kak. Sama sebenarnya dengan yang kakak rasakan. Tapi juga aku tidak mau membuat kebahagiaan kakak sekarang musnah.
Kak, aku mencintaimu sampai sekarang. Sebagai seorang kakak yang super duper profesional. Jadilah ibu yang terbaik buat anak kakak dan buat Kak Yusman. Dia sangat mencintaimu. Dia selalu gembira menceritakan tentangmu kepadaku. Kurasa cukup.
Dari adik yang ingin kau annggap lebih daari itu.
Salam sayang
Ipeh
Aila terkaget-kaget melihat mimik wajahku. Dia mengharapkan aku menangis rupanya. Aila salah jika menganggap aku masih manaruh rasa pada Ipeh. Aku kini hanya milik Mas Yusman saja. Inilah Siti Nurbaya modern ini. Mau berubah untuk yang lebih baik. Menjadi seseorang yang super duper profesional. Dimata siapapun.
Aila memelukku dan aku menciumi pipinya, sama ketika kita sering melakukannya dulu. Salam semut. “Aku rasa Ipeh cocok untuk kamu Ai..” sindir aku padanya. “ahhhhhh Sasya... kan udah ada si Pinto... super duper deh di hatiku” jawab Aila centil.
Tiba-tiba, Laki-laki itu membuka pintu dan tersenyum kepadaku. Aku menghampirinya dan memeluknya erat. Dia super duper suamiku. Dan pemilik hatiku. Aila menyobek perlahan kertas dan amplop dari Ipe, dan memasukkan sobekan itu ke dalam tasnya. Kami melanjutkan acara Tiga bulanan itu. Brfoto bersama, bercanda bersama dan inilah sebenarnya hari itu. Hari super duper istimewa.
“eh... Aila, ibu do’ain deh cepet nyusul Sasya. Biar nanti kalo beda kelamin bisa deh di jodohin.... kan seruu..” canda Ibu
“Enggak!!!” aku dan Sasya menjawab Kompak. Dan tawapun pecah berbarengan.
Bagi seorang wanita, Cinta pertama emang susah buat dilupain. Cintanya berawal dari denyutan di belakang kulit dada. Cinta itu kehormatan yang tak bisa dibandingkan dengan materi. Cinta itu kekal meski tak dapat memiliki. Jangan cengeng karena cinta, namun berjuanglah, semangatlah dan capailah semuanya dengan cinta. (yang nggak setuju boleh nyemplung sumur).
JADILAH WANITA YANG SUPER DUPER SHOLIHAH. ALHAMDULILLAH. SYUKRON. WASSALAMU’ALAIKUM WR. WB.

Maap iseng2.

NB: suka bodoh aja kalo ngasih judul, jadi khusus ini nggak pake judul. wkwkwkwk.

Ditulis pada 03/05/2013 (pernh posting di fb)

Rabu, 19 April 2017

CerpenAi : NARASIMU(S)

Slow motion, seakan terkontrol. Kakikupun berjalan pelan mengikuti irama sepoi angin berhembus. Sesekali mataku terpejam, membiarkan suasana ini merasuk dalam sukma. Subhanallah, Allahu Akbar. Lantunan itu ku remas dalam dada, tak ingin ku hentikan.

Kuhidu udara dengan hidung separuh mancungku dan perlahan masuk kerongga dada. Angin semilir yang menggoda ujung jilbabku mematikan semua rasa penat. Bunga warna-warni, semak belukar, bermacam dedaunan dan hewan-hewan kecil berpayung pohon rindang. Tuhan mengaturnya begitu rukun. Subhanallah.
Sampai pada tumpukan ilalang yang menari riang. Serta hamparan awan biru yang tersenyum syahdu. Seperti kapas putih, butiran-butiran itu berhamburan dari cela-cela ilalang dan pergi bersama angin. Seakan mereka menyambut kedatanganku, yang mungkin akan disambut kecewa olehnya.
Mata empatku, bibir tebalku, alis hitamku, pipi cabiku, dan kulit langsatku, tiada henti mereka bertasbih. Subhanallah, Allahu Akbar. Subhanallah, Allahu Akbar. Serunya berulang-ulang. Air mata sudah mengintip dikelopak. Indah, istimewa dan bahagia luar biasa bisa menikmati kesempatan ini. Alhamdulillah, keputusanku datang kesini tidak sia-sia juga.
Satu tangan kubiarkan menyentuh lepas pucuk ilalang. Mereka mengajakku menari. Namun telunjukku menggeleng. Tidak untuk hari ini ilalangku, aku sudah menunggu hari ini dan hanya untuknya. Seakan mengerti, merekapun kembali bersuka ria. Aku tersenyum dan perlahan menjauh.
Kini jalan setapak membentang panjang lurus. Berpagar pohon kamboja disisi kanan kiri jalan. Harumnya khas wewangi bebungaan. Memang hanya sekali aku kesini, dan tidak jauh beda dengan dua tahun yang lalu. Hanya daun kering dibiarkan menumpuk dimana-mana.
Kini kakiku tidak sendiri, ada sepasang lagi dibelakang mengiringi. Tanpa menolehpun aku sudah tahu dari suara sepatunya, ya caranya berjalan. Langkah sepatu yang gagah. Aroma tubunya segar terbawa angin. Tapi aku harus menoleh sekedar menyapanya dengan senyum.
Memang benar dialah yang kukenal. Jejaka yang gigih berjuang mewujudkan semua keinginannya. Yang kini mengejarku dengan jalan setengah lari, hingga kami berjalan beriringan. Senyumnya sumringah dan tak ingin temaram walau meranapun. Laki-laki sopan ini menangkupkan tangannya, aku membalasnya dengan senyum dan pejaman lembut satu kali. Dan rupanya membuat pipi putihya merah. Nafasnya terengah-engah, susah payah rupanya dia datang kesini. Dan kini pipi langsatku menyembunyikan rona merah. Astaghfirullahal adzim.
Kami hanya bisa diam, jalanku menunduk dan aku sadar dia menatapku. Aku benci itu dan sesekali membuang pandang pada tumpukan daun-daun kering. Ya Robb, takdirmu hari ini sungguh mendebarkan. Biarkan hati ini tak ikut resah. Dzikir tak henti kulantunkan. Berharap aliran darah ditubuhku terkondisikan.
Dan kami tetap diam. Aku benci suasana ini. Lima belas menit sudah berlalu. Ingin kupotong saja jalan setapak ini. Aku tak tahan bersamanya lama-lama dalam diam. Allahu Akbar, permudahkan hamba dalam misi ini Ya Rabb. Aku bingung. Aku meremas jari-jariku bersamaan dengan menutup mata.
Di tepuknya pundakku dengan lembut. Dia memandangku penuh tanya. Apa yang ada difikirannya tentangku selain beribu pertanyaan menyerbu. Dan aku hanya selalu bisa menjawabnya dengan senyuman. Percuma juga kujawab, dia belum bisa memahami bahasaku.
Langkah ini pun lama sekali tak menemukan ujungnya. Lagi pula juga salahku. Rutenya aku yang pilih. Dia mana tahu wilayah ini. Rumahku saja dia tak tahu. Yang dia tahu hanya coffe shop LEZIZ, yang terletak diujung jalan. Tempat pertama kali kita bertemu tiga bulan yang lalu dan menjadi basecamp pertemuan rutin setiap minggunya. Memang, bertanya rumahku saja dia tidak berani. Intinya, dia hanya ingin bersilaturahim baik denganku.
Sampai pada sikap dan kalimat yang dia ucapkan dua minggu yang lalu. Yang membuatku menitihkan air mata dan sangat geram. Yang membuatku berfikir akan memutuskan tali silaturahim ini. Yang membuatku membaca istighfar setiap hari agar termaafkan segala dosaku. Sampai saat ini kita berjalan beriringan senyum. Berusaha saling menutupi nervous satu sama lain.
Alhamdulillah, tiba juga.
Aku mengajaknya dengan senyumku ke arah gundukan tanah bersih itu. Kami duduk disebelahnya. Aku memberikan buku Yasiin dan tahlil kepadanya. Mengisyarat agar ia memimpin do’a untuk yang terbaring disana.
Setengah jam berlalu dengan syahdu. Aku juga sempat menitihkan air mata rindu disela-sela bacaan tahlilku. Dan dia menangkapnya dengan mengelus lembut pundakkku sekejap.
Setelah kami selesai menaburkan bunga serta air di atas nisan dan gundukan tanah tempat seseorang berbaring diam, aku memberikan sebuah amplop coklat polos dari saku tasku. Tertulis di badan diamplopnya “ Baca Di sini, Aku akan menunggumu disana”. Dia menurut dan dengan senyum aku meninggalkannya. Aku melihatnya membuka pelan amplop itu. Dan tasbihpun berlantun dari bibirku.

Assalamu’alaikum....
Untuk engkau Mas Mahdi,  yang Aku hormati dengan segala kebaikannya,
Jangan heran, ini bukan tulisanku. Kau tahu aku buta huruf dan hanya mengenali tulisan nama tempatku bekerja dan cafe langganan kita. Aku meminta bantuan teman yang mengerti bahasa isyaratku. Akupun tak tau seindah apa kata yang dia tuliskan untuk surat ini.
Terima kasih telah datang.
Jangan bertanya lagi kenapa aku tak menerima pinanganmu. Kau sempurna dimata makhluk yang tak bisa melihatpun. Jangan salah artikan sikapku. Aku sangat mengagumimu, bukan mencintaimu.
Kau ingin berteman denganku bukan? Aku memang tak bisa bicara sempurna. Tapi percayalah, aku berusaha agar kau mengenalku sewajarnya saja. Agar tidak terjadi apa-apa pada hati kita.
Kita sangat jauh berbeda, dan itu nyata. Mungkin satu yang belum kau ketahui tentangku. Aku sudah berusaha menunjukkan ini sebelumnya. Namun karena keterbatasanku menyampaikannya, sampai sekarang kau belum tahu tentang ini.
Nama yang tertulis pada nisan itu adalah nama suamiku. Dia meninggalkanku dua tahun yang lalu di tujuh hari pernikahan kami. Aku sudah janda setahun sebelum punya E-KTP.
Ada dan tak ada pesan terakhir darinya, semua sama dan tak akan mengubah keputusanku untuk tetap menjadi jandanya. Maklumi itu Mas. Aku sangat mencintainya. Akan kupertahankan sampai batas kemampuanku.
Terima Kasih. Semoga Allah melimpahkan rahmatnya selalu.
Wassalam...
Muslimah.

Aku melihatnya melipat dan memasukkan kembali ke amplop. Dia mengusap lembut nisan suamiku. Dan diam sejenak, baru dia mengangkat tubuhnya dari pusara dan berjalan santai ke arahku.
Aku menyambutnya dengan senyum ketika dia melepaskan pandangan kosong ke arahku. Berhenti tepat didepanku yang menunggunya di gerbang kayu. Helaan nafasnya yang berkumandang lirih, membuatku meremas tasbih ke dadaku. Dia memeriksa telingaku yang berbalut kerudung.
“Kau bisa mendengar sekarang?” aku mengangguk pelan. Tentu dengan alat bantu dengar ini aku bisa mendengarnya. Suaranya berat dan terdengar agak tua.
“Panjang sekali.... kau cerewet juga rupanya.” Lagi-lagi aku mengangguk, dan kami tertawa kecil.
“Jangan pakai warna ungu lagi, itu yang membuat mata orang melihat ke arahmu. Menambah keanggunanmu saja.” Sekarang kubalas dengan tinju kecil di pundaknya.
“Untuk persahabatan kita yang cetar ini, kita ngopi yuuukk.” Dia memaksa dengan guraunya. Dan lagi-lagi aku mengangguk, namun lebih keras anggukanku. Aku senang dengan kata ‘persahabatan kita’ itu.

Moccacino ini lebih nikmat dari biasanya. Hangatnya menyebar ke penjuru dada. Hatiku berdegup gembira. Jantungku juga bekerja ekstra hari ini. Banyak kudengar suara yang berlalu lalang. Dan suara beratnya sedari tadi tak bisa diam. Subhanallah.

Ditulis pada 27/2/2014.

Selasa, 18 April 2017

NGETRIP KE KAMPUNG TRIDI JODIPAN MALANG

Assalamu'alaikum...

Selamat menikmati cuaca hari selasa yang labil (pagi mendung gelap, trus hujan, eh sekarang teriknya menggigit. disyukuri lagi, untung cuacanya aja yang labil, bukan kitanya. hehe).

Mau lanjutin cerita liburan akhir tahun kemarin ya. Jadi, pulang dari Eco Green ( cek cerita lengkapnya di sini ).

Curcol dikit yak.
kita berdua nginep di rumahnya mbak aku yang ada di daerah Landungari tepatnya Jl. Tirto Taruno. Nah, setelah kita sampai disitu berbekal alamat yang dikirim lewat wa dan bapak-bapak ojek, sang penghuni rumah nggak ada -nah lo?-, tapi kita tetep nginep sih, anggap aja rumah sendiri (padahal malemnya susah tidur, padahal capek bingit).

Keesokan paginya, sesuai rencana kita bakalan ngetrip ke Kampung Warna-warni daerah Jodipan. Nah, kita kan agak bingung ya, udah pertama kalinya hidup semalem di daerah orang tanpa tuan rumah, jalan satu-satunya menuju Jodipan yang kita tahu ya naik angkutan, dan butuh ojek juga kalau mau ke Terminal Landungsari, sedangkan kita nggak tahu kemana carinya ojek (di jalan depan nggak ada pangkalan ojek gitu). Alhamdulillah, setelah beberes rumah dan mandi, datanglah Bu Dhe sama Mas Ponakan. Trus kita dikasih pencerahan -tsaahh_ gitu, "Pesen Go Jek opoo, Dek Ain.". Chuss kita pesen GO Jek langsung menuju Jodipan dengan Budget 20k. (btw, budget nggak sesuai sama yang kita rencanakan sih. hancurrr sudah).

Alhamdulillah, kita sampai dengan selamat di Jembatan DAS Brantas yang di bawahnya terpampang nyata pemandangan Kampung Tridi dan Kampung Warna-warni yang mengapit DAS.
taraaammmmmmmmm. cantik yaa....

Setelah keasikan photo-photo dan kepanasan. kita berdua memutuskan masuk ke Kampung Tridi aja. karena itu yang lebih dekat dari posisi kita saat ini.
mata ikan, ikan mata. bibir ini monyong ala-ala ikan lohan.

di sana langitnya indah ya. andai di sini sama kamu... wkwkwk

Masuk ke Kampung Tridi ini cuma bayar 2k tapi nanti dapet ganti gantungan kunci (punyaku jatuh di rumah dan rusaklah ia). kita udah langsung disambut sama ini...
iyaaa... iyaa...
lanjut deh photo-photo... asiquee banget deh, sayang panassss..

lempeng banget...

ini foto aslinya, sebelum aku crop dan jadiin pp di fb. mbak zizi jago deh motoinnya...

kalo udah gini pengen sambil ngopi aja deh.

yang di seberang sungai sana kampung warna-warni. 

semacam penikmat kopi dan sempol yang membidadarikan dirinyah...

nduts

oh... no...

duck face? kalo di aku jatuhnya monyong mujair

mural dari kampung tridi and warna-warni

yakali harus begini emang
Yaudah gitu doang sih. Seruuuu gitu. warganya ramah-ramah, kita juga kadang dikasih pencerahan sama warga -tsaahhh-, pose yang bener dengan background ini itu benernya kaya gimana. kamu juga nggak usah khawatir kehabisan minuman, karena banyak toko yang jualan makana+minuman.

idenya kreatif sih. dapet bocoran kalo kampung warna-warni ini sebelumnya adalah perkampungan kumuh, namun ide dari mahasiswa UMM, jadilah seindah ini. lebih jelasnya kalian googling ajah ya.

sekian dulu tulisan tentang ngetrip masa lampau ini -hehe-. Maaci udah mau baca.

Wassalam.
Kenun


Sabtu, 15 April 2017

WISATA EDUKASI ECO GREEN PARK BATU MALANG

Assalamu’alaikum...
Happy long weekend.... (buat yang long sih, aku mah Harpitnas)
Kali ini aku mau nulis tentang liburan akhir tahun kemarin. Yaps... tepatnya 28 Desember 2016 kemarin –so late post- wkwkwkwk. Tapi kali aja berguna buat yang lagi cari tempat liburan daerah Malang. Khususnya yang belum pernah kedua tempat ini. So cekidot.
Berawal dari penginnya aku liburan akhir tahun, akhirnya aku cari temen aja, lagi nggak pegin ‘me time’ (dibaca biar ada yang motoin). Eh nemu, akhirnya aku berangkat bareng temen aku Mbak Azizi Beibeh a.k.a Mbak Ipret a.k.a Mbak Ifa, tentunya setelah rembukan dan sesuai-in budget yang ada. Dan terpilihlah Eco Green Park Batu Malang sebagai destinasi wisata kita berdua.

ECO GREEN PARK
Ini bukan pertama kalinya aku kesini sih, dulu pernah (lupa tahun berapa, rombongan gitu dan nggak ada yang berubah ding). Jadi kita berangkat naik bus dari Grati turun terminal Arjosari ongkos 15k, naik angkutan ADL (intinya kamu cukup cari angkutan yang ada huruf "L"nya) ongkos 5k –kalo nggak salah- cuss ke terminal Landungsari, trus naik lagi angkutan warna pink –lupa kodenya apa, haha- diturunin langsung di parking areanya Eco Green tapi bayar 50k (kaya nyarter gitu) soalnya ditawarinnya gitu, nah salahnya kita manggut-manggut aja, tapi enak cepet sampai dan gak perlu dusel-duselan. Kalo buat yang rame-rame cocok banget 50k buat rame-rame. tapi saran aku sih kalian naik yang warna kuning aja, kode angkutannya BJL, ntar cuma jalan sekitaran 300m kok dan tarifnya 5k.Kalo yang naik kendaraan pribadi aku kasih petanya ajah ya. Letaknya diapit JTPark I dan JTPark 2 kok.

Wisata ECO Green Park adalah wisata edukasi yang keyen abis, adem lagi, , jadi tuh ya nanti keluar dari sini dapet rapor, hehe canda ding. 

Dengan tiket seharga 70k untuk weekend dan 50k untuk weekday (hari apapun itu kalo pas liburan ya ngikutin tiket weekend –padahal udah doa biar dapet tiket weekday, hehe-) kita sudah bisa menikmati wisata edukasi tanpa harus bayar lagi (kecuali kalo mau beli something).

Di pintu masuk kita udah disambut sama semprotan air tipis-tipis yang melengkung terbungkus dedaunan dengan indahnya –ehem-. Dilanjut dengan kolam ikan koi yang yang banyak Burung Flamingonya.
maafkan kegendutanku, akunya kepedean, pas lihat hasil jepretannya. OMG, Perut aku. hiks
Dan beberapa limbah barang bekas yang didaur ulang jadi bentuk yang kreatif.
uuuuuu... tantiknya

Lanjut ke area tertutup “Rumah Serangga Dunia”. Keren deh, kita jadi tahu banyak hal tentang macam-macam serangga yang ada di dunia. Sayang fotonya banyak yang hilang. Hiks.



Area selanjutnya adalah “Walking Bird”. Areanya terbuka. Dan kita disuguhi lagi pengetahuan tentang beraneka ragam burung yang ada di dunia sembari foto-foto.

Setelah capek jalan (karena kita belum mampu sewa e-bike dan jalan itu sehat, huft), di area “Plaza Music” kita bisa santai-santai dulu mainan air yang ternyata bisa bermain music, jika kita mainin. Hmmmmm mendidik banget kan?!. Kita juga bisa istirahat makan-minum dan beli beberapa souvenir di area ini.

Eh iya, ada “Jungle Adventure” juga, tapi antrean panjang coy, Inun memilih menyerah demi mbak Azizi.  Dan ini gratis.

ada sapi benerannya loh. tapi mah cuma berani photo sama patungnya wkwkw

Lanjut lagi ke area selanjutnya, sebut saja area “Mari Beternak” aku lupa namanya, hehe –zaman baheula sih holidaynya-. Disini ada sapi, kambing, ayam, bebek, dll –dan lainnya lupa, Zonk banget sumpah-. Disini juga dikasih tahu caranya buat pupuk, bahkan kencing manusiapun dimanfaatkan –ada yang disuruh pipis gitu- tapi aku kurang tahu dimanfaatkan buat apa, keburu melipir ke area selanjutnya, Mbak Azizi gak kuat ama baunya.

Keluar dari kandang kita masih disuguhi macam-macam ayam tapi kandangnya berupa tembok dan kaca gitu, jadi nggak kebauan. Dan disebelah kanan ada macam-macam tanaman kaya pohon bambu kuning dan lain sebagainya.


curhat sama taneman. jangan layu ya jeng, aku curhatin macem-macem.

Area selanjutnya adalah area tanaman. Ada bonsai, benih buah-buahan, dll yang bisa kita beli. Sebelum itu juga ada area “Belajar Mengelolah Sampah”. Mungkin juga bisa menginspirasi kalian cara mengelola mantan, iya mantan, mantan kaleng minuman, mantan bungkus kripik –sa ae rang jumlu mah-.

buanglah sampah pada tempatnya. kalo mantan dibuang jauh-jauh aja, nggak perlu mikirin mo dibuang kemana. buang aja, buang. -omg-


Sepanjang jalan menuju area selanjutnya kita disuguhi aneka macam burung yang ada didalam sangkar kacanya masing-masing. Ramai banget disini coy. Sahut-sahutan gitu, apalagi burung beo, kalo ini sekolah burung sih yakinlah sumpah itu burung beo dalah gurunya. Hehe.

Lanjut area selanjutnya yaitu rest area lagi, tempatnya terbuka dan banyak unggas serta burung beterbangan bebas. So, kalo mau makan ya harus dijaga banget makanan dan minumannya biar nggak ketlepokan ktoran mereka. Kan nggak asik.

Area selanjutnya “Ikan dan Unggas”. Isinya ya macam-macam ikan –ada dugong loh- sama macam-macam unggas.

Lanjut area “OWL”, areanya tertutup sih, tapi hati aku tetep kebuka kok –nah lo?- . jadi pengin punya burung hantu deh, kaya di Harry Potter. Gemes sama owlnya, tidur mulu.

Area selanjutnya adalah area “Reptil”, dulu sih kita bisa lihat lewat kaca dari proses telur ular sampai netas. Tepi kemarin selambunya di tutup, tapi gak papalah tetep seneng juga.

Area selanjutnya adalah area Elang dan Foto Sama Burung Hantu. Di area elang ada diorama dimana burung elangnya keluar dari telur dan suaranya keras banget lagi. duh ile tobat.


Area selanjutnya lebih ke wahana sih. Ada Rumah Terbalik, Water Outbound buat anak-anak, flying fox buat anak-anak. Pasar souvenir .

Selanjutnya adalah Rest Area. Disini yang asik itu ada kolam ikan yang bisa makan kulit mati kita. Namanya ikan... tapi aku gakuat nahan geli, so Cuma duduk-duduk doang. Nggak makan juga karena harganya mehong. Tapi alhamdulillah boleh bawa makan minum.

Area selanjutnya adalah “Candi”, kamu bisa masuk ke dalamnya kaya goa. Tapi aku Cuma naik ke atas doang dan foto-foto. Disebelahnya ada mushola dan kamar mandi juga. Kalo kamar kecil sih banyak ya. Jadi nggak khawatir kalo mau pipis nggak jauh jaraknya.

Dan sebelum kita ke pintu keluar, ada dua wahana edukasi gitu. Aku Cuma nyoba satu. Jadi kita naik kereta masuk ke sebuah ruangan tertutup dan gelap. Disepanjang naik kereta kita dikasih gambaran dari zaman purba hingga zaman ini, serta kerusakan-kerusakan alam yang diseabkan oleh manusia.
Alhamdulillah kita selesai juga dan keluar dipintu yang sama saat kita masuk tadi.
pintu keluar-masuk

Terima kasih telah mampir dan baca blog aku. kalo mau tanya-tanya monggo tulis aja di kolom komentar. Kasih kritik dan saran juga boleh banget. (secara belepotan banget nih tulisan)

Tunggu blog aku selanjutnya yah. baca juga blog aku tentang Hawai waterpark disini . Makasih, muah muah.


Wassalam.